Hai, aku Fifi. Saat kecil, aku pernah menjadi anak yang ceria, sama seperti anak-anak pada umumnya. Tidak tahu menahu tentang apa itu perundungan, atau bahkan segala luka yang ternyata pernah ku alami di masa kecil. Seiring berjalannya waktu, aku menyadari, bahwa ternyata diriku dimasa itu, secara tidak langsung pernah mendapatkan perundungan yang masih berdampak sampai saat ini. Aku yang saat itu suka mencari teman tidak menyadari bahwa ternyata mereka tidak menerimaku─entah apa alasannya. Di samping itu, aku juga menyadari
bahwa ternyata, kondisi keluarga ku pada masa itu juga tidak begitu baik. Pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi, dan hal itu berdampak pada sikap orang tua ku pada ku. Setiap kali aku mengadu tentang apa pun, mau itu aku sedang menangis atau tidak, respon orang tua ku seakan selalu "menolak" untuk mendengarkan. Namun aku yang saat itu hanyalah seorang anak kecil. Anak kecil yang tidak mengira apa-apa. Anak kecil yang tak pernah menyangka, bahwa dirinya sedang terluka. Terbiasa menerima semua itu, aku tersadar bahwa selama ini, dampak dari semua luka yang ku alami dari masa itu, membuat diriku tumbuh menjadi seseorang yang bahkan tidak tahu bagaimana perasaannya bekerja. Tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan. Aku terus menutup mata akan luka yang ku alami dimasa itu. Mengira segalanya telah selesai, dan terus melanjutkan hidup tanpa berpikir itu akan berdampak pada jalan hidup ku.
Namun ternyata aku salah. Luka itu tak pernah selesai. Bahkan untuk sedikit pun. Bayangan orang orang yang telah memberikan luka-luka itu terus muncul. Setiap masa lalu terlintas dalam kepala, semua perkataan yang pernah ku terima saat itu terus terbayang. Membuat diri ku yang sekarang takut untuk menjalani apapun. Takut untuk menghadapi apapun, termasuk masa lalu itu sendiri. Aku tak pernah berani untuk melawan nya. Selalu berpikir bahwa itu akan selesai sendiri tanpa harus diobati.
Tidak, lukanya tidak akan selesai. Maka aku yang sekarang, secara bertahap terus mencoba untuk menyembuhkan penyakit masa lalu yang tak pernah selesai itu.
Dari cerita ini, aku berharap bahwa orang-orang yang mengalami perundungan ataupun penolakan dari orang-orang di sekitarnya, untuk selalu terbuka akan sakit yang mereka alami. Sama seperti Alie, yang mendapat luka serta trauma baik itu dari temannya ataupun keluarganya. Aku selalu berharap, orang-orang tidak pernah menganggap sepele sebuah perundungan yang di alami. Luka itu tidak akan pernah selesai jika tidak dihadapi oleh dirimu sendiri. Mental kita bisa makin terluka jika terus terusan memendam hal itu.
Luka tidak selalu dihasilkan dimasa dewasa. Jangan pernah menganggap sepele Luka yang pernah kamu alami dimasa kecilmu.
#BicarauntukAlie